Puisi berjudul, Tanah sengketa
gojatim.com – Puisi “Tanah Sengketa”, Karya : Supriyanto Helmy Tanjung. Sastrawan, pemilik Rumah Seni Asti Radmila.
Tanah Sengketa
Sejak tiba di tanah sengketa ini aku nyaman tuli dan bisu. Sebab hiruk pikuk suara memecahmecah telinga. Semua merasa benar berjualan. Di manamana orang mendirikan pasar. Tak ada tawar menawar. Semua harga sudah mati. Tak ada bunga di hati. Tak ada lebih di jemari
Teringat nenek dahulu cerita pisang bertandan. Berjualan ke pasar menawarkan barang. Pulangnya membawa beras segantang. Senyum merona. Pasar dipenuhi taman bunga yang ditanam jemari penuh bahagia. Barangbarang beraneka. Memenuhi relung pasar jiwa. Tanah subur menyimpan makmur. Tanah yang diwariskan para leluhur
Sejak tiba di tanah sengketa ini aku nyaman tuli dan bisu. Sebab bersuara akan kalah dengan pengeras suara yang dipasang di setiap jalan pikiran. Semua suara merasa paling Tuhan. Semua mencipta ayat. Ayatayat kebenaran yang disuarakan atas dalih persatuan. Mulut dikunci rapi. Dalam laci disediakan daftar menu pagi. Pesta segera disiapkan. Tepuk tangan menjual tanah tanpa persaksian
Sejak tiba di tanah sengketa ini aku nyaman bersama Tuhan karena Ia yang benarbenar menyiapkan wangi mawar untuk istighfar. Menunggu tanah yang sudah disiapkan untuk pulang. Tanah yang tak pernah disengketakan. Tanah yang membuat mulut terdiam
SHT, 240122